Sabtu, 16 April 2011

Dinamika Organisasi


                                             I.Dinamika Organisasi


1.Dinamika konflik

Konflik Israel-Palestina, bagian dari konflik Arab-Israel yang lebih luas, adalah konflik yang berlanjut antara bangsa Israel dan bangsa Palestina. Konflik Israel-Palestina ini bukanlah sebuah konflik dua sisi yang sederhana, seolah-olah seluruh bangsa Israel (atau bahkan seluruh orang Yahudi yang berkebangsaan Israel) memiliki satu pandangan yang sama, sementara seluruh bangsa Palestina memiliki pandangan yang sebaliknya. Di kedua komunitas terdapat orang-orang dan kelompok-kelompok yang menganjurkan penyingkiran teritorial total dari komunitas yang lainnya, sebagian menganjurkan solusi dua negara, dan sebagian lagi menganjurkan solusi dua bangsa dengan satu negara sekular yang mencakup wilayah Israel masa kini, Jalur Gaza, Tepi Barat, dan yerusallem timur. Sejak Persetujuan Oslo, pemerintah Israel dan Otoritas Palestina (OP) secara resmi telah bertekad untuk akhirnya tiba pada solusi dua negara. Masalah-masalah utama yang tidak terpecahkan di antara kedua pemerintah ini adalah:
Status dan masa depan Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur yang mencakup wilayah-wilayah dari Negara Palestina yang diusulkan:
  1. Keamanan Israel.
  2. Keamanan Palestina.
  3. Hakikat masa depan negara Palestina.
  4. Nasib para pengungsi Palestina.
  5. Kebijakan-kebijakan pemukiman pemerintah Israel, dan nasib para penduduk pemukiman itu.
Kedaulatan terhadap tempat-tempat suci di Yerusalem, termasuk Bukit Bait Suci dan kompleks Tembok (Ratapan) Barat. Masalah pengungsi muncul sebagai akibat dari perang Arab-Israel 1948. Masalah Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur muncul sebagai akibat dari Perang Enam Hari pada 1967. Selama ini telah terjadi konflik yang penuh kekerasan, dengan berbagai tingkat intensitasnya dan konflik gagasan, tujuan, dan prinsip-prinsip yang berada di balik semuanya. Pada kedua belah pihak, pada berbagai kesempatan, telah muncul kelompok-kelompok yang berbeda pendapat dalam berbagai tingkatannya tentang penganjuran atau penggunaan taktik-taktik kekerasan, anti kekerasan yang aktif, dll. Ada pula orang-orang yang bersimpati dengan tujuan-tujuan dari pihak yang satu atau yang lainnya, walaupun itu tidak berarti mereka merangkul taktik-taktik yang telah digunakan demi tujuan-tujuan itu. Lebih jauh, ada pula orang-orang yang merangkul sekurang-kurangnya sebagian dari tujuan-tujuan dari kedua belah pihak. Dan menyebutkan “kedua belah” pihak itu sendiri adalah suatu penyederhanaan: Al-Fatah dan Hamas saling berbeda pendapat tentang tujuan-tujuan bagi bangsa Palestina. Hal yang sama dapat digunakan tentang berbagai partai politik Israel, meskipun misalnya pembicaraannya dibatasi pada partai-partai Yahudi Israel.
Mengingat pembatasan-pembatasan di atas, setiap gambaran ringkas mengenai sifat konflik ini pasti akan sangat sepihak. Itu berarti, mereka yang menganjurkan perlawanan Palestina dengan kekerasan biasanya membenarkannya sebagai perlawanan yang sah terhadap pendudukan militer oleh bangsa Israel yang tidak sah atas Palestina, yang didukung oleh bantuan militer dan diplomatik oleh A.S. Banyak yang cenderung memandang perlawanan bersenjata Palestina di lingkungan Tepi Barat dan Jalur Gaza sebagai hak yang diberikan oleh persetujuan Jenewa dan Piagam PBB. Sebagian memperluas pandangan ini untuk membenarkan serangan-serangan, yang seringkali dilakukan terhadap warga sipil, di wilayah Israel itu sendiri.
Demikian pula, mereka yang bersimpati dengan aksi militer Israel dan langkah-langkah Israel lainnya dalam menghadapi bangsa Palestina cenderung memandang tindakan-tindakan ini sebagai pembelaan diri yang sah oleh bangsa Israel dalam melawan kampanye terorisme yang dilakukan oleh kelompok-kelompok Palestina seperti Hamas, Jihad Islami, Al Fatah dan lain-lainnya, dan didukung oleh negara-negara lain di wilayah itu dan oleh kebanyakan bangsa Palestina, sekurang-kurangnya oleh warga Palestina yang bukan merupakan warga negara Israel. Banyak yang cenderung percaya bahwa Israel perlu menguasai sebagian atau seluruh wilayah ini demi keamanannya sendiri. Pandangan-pandangan yang sangat berbeda mengenai keabsahan dari tindakan-tindakan dari masing-masing pihak di dalam konflik ini telah menjadi penghalang utama bagi pemecahannya. Sebuah usul perdamaian saat ini adalah Peta menuju perdamaian yang diajukan oleh Empat Serangkai Uni Eropa, Rusia, PBB dan Amerika Serikat pada 17 September 2002. Israel juga telah menerima peta itu namun dengan 14 “reservasi”. Pada saat ini Israel sedang menerapkan sebuah rencana pemisahan diri yang kontroversial yang diajukan oleh Perdana Menteri Ariel Sharon. Menurut rencana yang diajukan kepada AS, Israel menyatakan bahwa ia akan menyingkirkan seluruh “kehadiran sipil dan militer… yang permanen” di Jalur Gaza (yaitu 21 pemukiman Yahudi di sana, dan 4 pemumikan di Tepi Barat), namun akan “mengawasi dan mengawal kantong-kantong eksternal di darat, akan mempertahankan kontrol eksklusif di wilayah udara Gaza, dan akan terus melakukan kegiatan militer di wilayah laut dari Jalur Gaza.” Pemerintah Israel berpendapat bahwa “akibatnya, tidak akan ada dasar untuk mengklaim bahwa Jalur Gaza adalah wilayah pendudukan,” sementara yang lainnya berpendapat bahwa, apabila pemisahan diri itu terjadi, akibat satu-satunya ialah bahwa Israel “akan diizinkan untuk menyelesaikan tembok [artinya, Penghalang Tepi Barat Israel] dan mempertahankan situasi di Tepi Barat seperti adanya sekarang ini.
Dengan rencana pemisahan diri sepihak, pemerintah Israel menyatakan bahwa rencananya adalah mengizinkan bangsa Palestina untuk membangun sebuah tanah air dengan campur tangan Israel yang minimal, sementara menarik Israel dari situasi yang diyakininya terlalu mahal dan secara strategis tidak layak dipertahankan dalam jangka panjang. Banyak orang Israel, termasuk sejumlah besar anggota partai Likud — hingga beberapa minggu sebelum 2005 berakhir merupakan partai Sharon — kuatir bahwa kurangnya kehadiran militer di Jalur Gaza akan mengakibatkan meningkatnya kegiatan penembakan roket ke kota-kota Israel di sekitar Gaza. Secara khusus muncul keprihatinan terhadap kelompok-kelompok militan Palestina seperti Hamas, Jihad Islami atau Front Rakyat Pembebasan Palestina akan muncul dari kevakuman kekuasaan apabila Israel memisahkan diri dari Gaza.
Pernyataan para pejabat Israel,mulai dari PM Netanyahu, Menlu David Levy, Menhan Yitzhak Mordechai, Menteri urusan keamanan dalam negeri Avigdor kahalani, Penasehat PM Netanyahu, Shai bazak, melalui media massa seperti CNN, radio Israel, harian jerussalem post, bernada dan punya isi sama dengan tingkat emosi sama pula. Mereka memberi keterangan pers dengan raut wajah tegang, volume suara agak tinggi, kata-kata kasar yang menuding Yasser Arafat tidak becus menghadapi terorisme di wilayah kekuasaanya di jalur gaza dan kota-kota Palestine di tepi barat, sehingga terjadi dua kali ledakan bom beruntun di pasar sayur kahane yehuda, rabu 30 juli 1997 yang membawa korban tewas 18 dan luka-luka 150 orang.
Membaca pernyataan para pejabat Israel dalam berbagai media massa itu seakan-akan Israel bebas sama sekali dari dosa ceceran darah puluhan warga yahudi yang tewas dan luka-luka akibat ledakan dua bom tersebut. Sebaliknya Yasser Arafat seolah-olah berada di pihak yang sangat bersalah dan berdosa. Sebagai ganjaran, berbagai bentuk sanksi pun dijatuhkan terhadap rakyat palestina, mulai dari menutup tepi barat dan jalur gaza, menutup perbatasan tepi barat Yordania dan perbatasan jalur gaza mesir, melarang nelayan palestina berlayar di sepanjang jalur gaza, sampai melarang pekerja palestina berangkat ke tempat kerjanya di Israel. Singkat kata, seluruh warga Palestine harus menanggung dosa ceceran darah puluhan warga yahudi di pasar sayur Kahane Yehuda itu.
Hal itulah yang membuat berang menteri urusan Pendidikan Tinggi Palestine Dr Hanan Ashrawi, terhadap cara dan etika para pejabat Israel menhadapi kasus ledakan bom di pasar Kahane Yehuda. Menurut Ashrawi, tindakan Israel benar-benar mencerminkan suara hati nurani dan cara berpikir kolonialisme. Dengan kata lain pesan kejujuran dan keadilan begitu dicampakkan menyangkut hubungan Israel- Palestine saat ini. Israel seperti tengah berusaha memutarbalikkan perjalanan sejarah serta memalsukan kenyataan di lapangan.
Rasanya bukan hanya sangat tidak adil melihat gelagat para pejabat Israel menghadapi kasus ledakan bom tersebut, tetapi juga sangat membahayakan terhadap masa depan penyelesaian palestina. Sangat memungkinkan kelompok kanan Israel menggunakan kedok aksi kekerasan di pasar kahane yehuda atau di tempat lain masa mendatang , untuk menolak hak-hak bangsa arab dan Palestine khususnya. Disamping itu, Israel dengan kedok itu akan berusaha mearnai opini dunia bahwa bangsa arab lah yang antiperdamaian.
Intelejen Israel dan Misi Pembunuhan Palestine
Keputusan siding cabinet terbatas Israel urusan politik dan keamanan awal juli 2001 bahwa akan meningkatkan aksi memburu dan membunuh para aktivis juang Palestine, merupakan kebijakan pemerintah PM Ariel Sharon yang sangat controversial dan berbahaya. Cabinet Israel mengambil keputusan tersebut, justru ketika masyarakat internasional tengah berusaha keras menyelamatkan kesepakatan gencatan senjata Israel-Palestine yang diprakarsai Direktur CIA George Tenet, serta mendorong bagi pelaksanaan rekomendasi komisi pimpinan mantan senator AS George Mitchell. Tujuan utama dari lawatan Menlu AS Colin Powell ke Timur Tengah awal juli 2001, adalah guna mengukuhkan kesepakatan gencatan senjata tersebut dan membuat agenda waktu bagi pelaksanaan rekomendasi Mitchell.
Menlu AS Colin Powell menyatakan, menolak kebijakan dari Israel membasmi para aktivis Palestine. Menteri Perencanaan dan Kerjasama Internasional Palestine, Nabil Shaath, juga mengutuk keputusan cabinet Israel itu. Menlu Mesir Ahmed Maher menyebut bahwa keputusan cabinet Israel tersebut merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan bertentangan dengan etika kehidupan demokrasi. Ketika cabinet Israel memutuskan membasmi para aktivis Palestine, semua perhatian lansung tertuju pada peran Shin Bet dan PM Ariel Sharon. Sebab secara garis komando , Shin Bet kini berada di bawah lansung PM Sharon. Semua orang sudah maklum bahwa Shin Bet berada di balik pembunuhan sekitar 40 aktivis Palestine sejak meletusnya intifada itu. Kini muncul rekaan, taktik apalagi yang akan dilakukan Shin Bet untuk melaksanakan keputusan cabinet terbatas Israel tersebut. Jika Israel tetap tidak mundur dari keputusan cabinetnya itu, maka pertarungan mendatang akan lebih terbatas antara Shin Bet dan para pejuang Palestine. Kendati demikian, bagaimanapun canggihnya operasi Shin Bet sejarah telah menunjukan bahwa operasi itu tidak akan meluluhkan semangat juang rakyat Palestine selama belum tercapainya penyelesaian adil. Sebaliknya, justru akan semakin memperburuk citra Israel di mata Internasional. Dan tidak menutup kemungkina semakin keras tuntutan menyeret PM Sharon ke meja pengadilan sebagai penjahat perang. Seperti diketahui, ia kini sedang dituntut sebuah Mahkamah di Belgia sebagai penjahat perang lantaran keterlibatanya dalam pembantaian di Sabra dan Shatila tahun 1982 yang menewaskan ratusan warga sipil Palestine. Dan akhirnya, akan tiba saatnya munculnya suatu penilaian adil, siapa yang bertnggung jawab atas gagalnya misi damai mulai dari misi komisi pimpinan mantan senator AS George Mitchell, Direktur CIA George Tenet, dan terkhir Menlu AS Colin Powell.
Israel Lancarkan 40 Serangan Dalam Sepekan dan Penangkapan 60 Warga
Tak kurang dari 40 serangan darat Israel menggempur Tepi Barat dan Jalur Gaza selama tujuh hari berturut-turut. 37 serangan mereka lancarkan ke Tepi Barat dan tiga serangan ke wilayah Gaza. Selama sepekan ini (3-7 Mei) serdadu Israel, sedikitnya melakukan 37 serangan di berbagai tempat di Tepi Barat dengan menghancurkan puluhan rumah dan tempat tinggal disertai tembakan membabi buta ke arah penduduk. Selain itu, mereka juga menangkapi 60 warga sipil, 5 diantaraya adalah anak-anak dan seorang wanita. Dengan jumlah di atas maka warga Palestina yang ditangkap serdadu Israel, menurut catatan dari kantor HAM Palestina, sejak awa tahun ini mencapai 1123 orang (seribu seratus dua puluh tiga orang). Dalam aksinya serdadu Israel tersebut memakai pakaian khas orang Arab untuk mengelabui penduduk Palestina. Terkadang mereka juga menggunakan anjing pelacak untuk menggeladah rumah-rumah yang dicurigai menyembunyikan aktivis perlawanan. Mereka juga tak segan-segan menangkapi siapa saja yang menolak rumahnya dimasuki tentara Israel.
Operasi yang paling besar mereka lakukan adalah penyerangan ke wilayah Tulkarm dan kamp pengungsian Nursyamsi pada tanggal 8 Mei kemarin. Ketika itu, Israel menangkap 15 orang warga Palestina, diantaranya seorang Jubir Hamas di Tepi Barat. Adapun di Jalur Gaza mereka melakukan tiga rangkaian serangan terbatas. Pertama pada tanggal 4 Mei di wilayah Utara Bet Lahia dengan menangkap tiga petani yang kemudian di bebaskan kembali.
Sementara dua serangan berikutnya mereka lancarkan ke wilayah pertanian Abu Nada, sebelah utara Bet Lehia. Mereka menangkap sekelompok orang yang diduga aktivis Brigade Al-Quds, sayap militer gerakan Jihad Islam. Serangan terakhir mereka lancarkan ke wilayah Al-Farahin, sebelah timur kota Khanyunis dengan menghancurkan apa saja yang mereka temui termasuk membongkar wilayah pertanian penduduk.
2.Jenis dan Sumber Konflik Israel Palestina
Pertikaian kedua negara ini terjadi karena Israel yang selalu ingin memperluas wilayahnya dan israel pun akhirnya memutuskan untuk berperang melawan palestina untuk memperluas bagian wilayah negaranya.Hal demikian yang membuat warga maupun militer palestina menjadi ingin mempertahankan wilayahnya meskipun mereka berperang melawan israel dengan senjata yang sangat jauh di bandingkan Militer israel yang memiliki peralatan super canggih dan lengkap.Militer pallestina hanya berperang dengan perlengkapan senjata yang sangat teramat sederhana.Pertikaian kedua ini di tambah dengan serangan kaum milisi Hammas ke Israel.Israel pun tidak terima atas serangan hamas ke negara mereka,Israel pun membalas serangan yang di lancarkan Hammas dengan bertubitubi tanpa mengenal warga sipil Palestina.Konflik ini yang membuat kedua negara sangat suli untuk berdamai bahkan upaya damai pun telah berkali kali di jalankan tapi tetap saja pertikain kedua negara ini sulit untuk di damaikan.
3.Strategi  Penyelesaian Konflik Israel dan Palestina
Perundingan Israel dan palestina yang kini beralih dari Stockholm (Swedia) ke Israel, dilukiskan saat ini telah memasuki masa yang menentukan. Bahkan presiden Bill Clinton dan PM Ehud Barak usai pertemuan puncak di Lisabon (Portugal), menyebut kesepakatan akhir Israel-Palestina sudah berada di depan mata. Maka presiden Bill Clinton memutuskan mengirim menlu Madeleine Albright ke Timur Tengahuntuk menemui PM Ehud Barak, Presiden Yasser Arafat dan Presiden Mesir Hosni Mubarak guna menyelesaikan sisa-sisa masalah yang masih menggantung.
Kesepakatan akhir Israel-Palestina yang disebut berada didepan mata itu adalah hasil perundingan rahasia di Israel dan Palestina selama sembilan putaran. Pada putaran kesepuluh, perundingan di pindah ke Stockholm untuk menghindar dari pengaruh suhu domestic serta jauh dari jangkauan liputan media massa. Perundingan rahasia di Stockholm yang dipimpin oleh ketua parlemen Palestina Ahmed Qurei dan menteri Urusan Keamanan Dalam Negeri Israel Shlomo Ben Ami, ternyata berhasil merumuskan draf sementara formula penyelesaian akhir Israel-Palestina yang keputusan terakhirnya hanya menunggu keputusan politik dari PM Barak dan Presiden Yasser Arafat. Draf sementara yang disebut Dokumen Stockholm itu mencakup masalah Kota Jerussalem, Pengungsi Palestina dan Tentang Negara Palestina.
Ada dua kemungkinan sikap Palestina atas rancangan formula penyelesaian akhir tersebut, yaitu :
  1. menerima penuh atau dengan beberapa perubahan kecil tanpa menyentuh substansi
  2. palestina menolak rancangan formula penyelesaian kota Jerussallem dan pengungsi.
Isu adanya draf formula penyelesaian akhir konflik Israel Palestina itu sudah beredar luas di Israel dan Palestina. Maka, ekstrimis Yahudi mulai mengancam akan membunuh PM Ehud Barak. Sementara elite Palestina menuntut formula penyelesaian akhir Israel-Palestina itu, harus diajukan pada forum referendum rakyat.

Masalah Palestina dan KTT Arab: Titik Tolak Solusi

KTT Arab merupakan titik tolak perundingan perdamaian kasus Palestina. Meski selama ini KTT semacam ini dilakukan di ibukota-ibukota Arab dengan pimpinan Liga Arab, namun sejumlah KTT di Mesir selama tahun 1050 an masih membekas hasilnya hingga sekarang. KTT Riyadl kali ini diselenggarakan dalam suasana seperti itu karena prakarsa Arab II yang dicetuskan tahun 2002 itu akan digulirkan untuk memecahkan masalah Palestina.
Yang jelas, negara-negara Arab pasca KTT Riyadl berada dalam tantangan dan bahaya yang mengancam eksistensi, masa depan dan identitas nasionalismenya. Karena negara-negara Barat berusaha dengan keras untuk memaksakan proyek mereka dalam memarginalkan, memecah belah, menjajah negara-negara Arab. Padahal kondisi negara Arab dalam keadaan lemah. Dan Israel adalah pihak paling mengambil manfaat dalam hal ini.

4.Motivasi
Motivasi perundingan dan perdamaian Israel dengan palestina adalah karena HAM dan untuk melindungi warga sipil karena konflik kedua negara ini telah belangsung selama bertahun tahun dan sudah sangat lama banyak pihak yang menjadi motivator untuk perdamaian kedua negara ini tapi sangat sulit untuk mewujudkan perdamaian tersebut,namun bebagai macam upaya sudah banyak dilakukan oleh berbagai negara termasuk negara Adidaya Amerika Serikat namun apa daya negara sekelas Amerika serikat pun tidak bisa mewujudkan perdamaian yang sudah sangat di nanti-nantikan oleh banyak warga negara di dunia.

5.Teori Motivasi
Banyak teori motifasi untuk perjanjian damai Israel Palestina seperti berbagai macam bentuk perjanjian namun tetap tidak bisa mewujudkan perdamaian Israel Palestina tapi bagaimanapun juga teori motivasi tetap di canagkan oleh berbagai macam negara untuk mewujudkan terjadinya perdamaian Israel dan Palestina.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar